Kita yang di Indonesia sering
mendengar istilah “tukang ngomporin” yang disematkan kepada orang yang suka
memanas-manaskan situasi atau bahkan mengadu domba orang lain. Istilah yang
mirip pernah muncul 14 abad yang lalu di Makkah.
Perkataan itu adalah hammalatal
hathab (wanita pembawa kayu bakar). Tapi ini bukan perkataan orang
kebanyakan. Ini direkam secara khusus di dalam al-Qur’an (Surat al-Lahab). Dan
yang dimaksud dengan pembawa kayu bakar itu adalah seorang wanita bernama Ummu
Jamil binti Harb bin Umayyah. Ia mendapat julukan itu karena kesukaannya
mencaci Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam serta menyebarkan dusta dan
fitnah tentang beliau.
Siapakah Ummu Jamil sehingga
mendapat gelar itu di dalam al-Qur’an? Ia adalah istri Abu Lahab, paman Nabi,
yang juga disebut sebagai orang yang celaka di awal surat al-Lahab dalam
al-Qur’an, dan keduanya memang tetap dalam keadaan ingkar hingga akhir hayat. Ummu
Jamil juga saudara perempuan dari Abu Sufyan binti Harb.
Saat mendengar ayat al-Qur’an yang
menyebut tentang dirinya, Ummu Jamil kesal dan langsung mencari Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam. Ketika itu beliau sedang duduk di dekat Ka’bah bersama
sahabatnya Abu Bakar al-Shiddiq radhiallahu ‘anhu.
Ummu Jamil melihat Abu Bakar dan
segera menghampirinya, di tangannya ada sebuah batu. Tetapi dengan ijin Allah
ia tidak bisa melihat Rasulullah yang duduk di sebelah Abu Bakar. “Hai Abu
Bakar!” ujar Ummu Jamil, “Mana sahabatmu itu? Aku mendapat berita bahwa dia
telah mengejekku. Demi Allah! andai aku menemuinya, niscaya akan aku tampar
mulutnya dengan batu yang ada di genggamanku ini. Demi Allah! Sesungguhnya aku
adalah seorang penyair!”
Ia kemudian bersyair:
Si tercela (mudzammam) yang
kami tentang,
Urusannya yang kami tolak,
Diennya yang kami benci
Setelah itu ia pergi meninggalkan
tempat itu.
Abu Bakar kemudian bertanya
kepada Rasulullah, “Wahai Rasulullah! Apakah dia tidak dapat melihatmu?”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam menjawab, “Dia tidak dapat melihatku. Sungguh! Allah telah membutakan
pandangannya dariku.”
Begitulah urusan orang yang
tercela. Ia hanya mampu ‘membawa kayu bakar’ ke sana kemari. Tetapi kayu bakar
itu tak mampu membakar risalah yang dibawa sang Nabi. Ia tak mampu membakar
selain dirinya sendiri dan sesiapa yang mendengar hasutannya.
Sumber: Shafiyurrahman
al-Mubarakfury. Perjalanan Hidup Rasul yang Agung: Muhammad (al-Rahiq
al-Makhtum).
No comments:
Post a Comment