Thursday, March 3, 2016

Ummu Jamil si pembawa kayu bakar

Kita yang di Indonesia sering mendengar istilah “tukang ngomporin” yang disematkan kepada orang yang suka memanas-manaskan situasi atau bahkan mengadu domba orang lain. Istilah yang mirip pernah muncul 14 abad yang lalu di Makkah.

Perkataan itu adalah hammalatal hathab (wanita pembawa kayu bakar). Tapi ini bukan perkataan orang kebanyakan. Ini direkam secara khusus di dalam al-Qur’an (Surat al-Lahab). Dan yang dimaksud dengan pembawa kayu bakar itu adalah seorang wanita bernama Ummu Jamil binti Harb bin Umayyah. Ia mendapat julukan itu karena kesukaannya mencaci Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam serta menyebarkan dusta dan fitnah tentang beliau.

Siapakah Ummu Jamil sehingga mendapat gelar itu di dalam al-Qur’an? Ia adalah istri Abu Lahab, paman Nabi, yang juga disebut sebagai orang yang celaka di awal surat al-Lahab dalam al-Qur’an, dan keduanya memang tetap dalam keadaan ingkar hingga akhir hayat. Ummu Jamil juga saudara perempuan dari Abu Sufyan binti Harb.

Saat mendengar ayat al-Qur’an yang menyebut tentang dirinya, Ummu Jamil kesal dan langsung mencari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Ketika itu beliau sedang duduk di dekat Ka’bah bersama sahabatnya Abu Bakar al-Shiddiq radhiallahu ‘anhu.

Ummu Jamil melihat Abu Bakar dan segera menghampirinya, di tangannya ada sebuah batu. Tetapi dengan ijin Allah ia tidak bisa melihat Rasulullah yang duduk di sebelah Abu Bakar. “Hai Abu Bakar!” ujar Ummu Jamil, “Mana sahabatmu itu? Aku mendapat berita bahwa dia telah mengejekku. Demi Allah! andai aku menemuinya, niscaya akan aku tampar mulutnya dengan batu yang ada di genggamanku ini. Demi Allah! Sesungguhnya aku adalah seorang penyair!”

Ia kemudian bersyair:

Si tercela (mudzammam) yang kami tentang,
Urusannya yang kami tolak,
Diennya yang kami benci

Setelah itu ia pergi meninggalkan tempat itu.

Abu Bakar kemudian bertanya kepada Rasulullah, “Wahai Rasulullah! Apakah dia tidak dapat melihatmu?”

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab, “Dia tidak dapat melihatku. Sungguh! Allah telah membutakan pandangannya dariku.”

Begitulah urusan orang yang tercela. Ia hanya mampu ‘membawa kayu bakar’ ke sana kemari. Tetapi kayu bakar itu tak mampu membakar risalah yang dibawa sang Nabi. Ia tak mampu membakar selain dirinya sendiri dan sesiapa yang mendengar hasutannya.

Sumber: Shafiyurrahman al-Mubarakfury. Perjalanan Hidup Rasul yang Agung: Muhammad (al-Rahiq al-Makhtum).


No comments:

Post a Comment