Berlomba-lombalah dalam kebaikan,
demikian pesan al-Qur’an (2: 148). Dalam segala perkara yang membawa pada kebaikan,
terutama untuk hidup selepas kematian, berusahalah untuk menjadi yang terdepan.
Begitu pula dalam berjuang di jalan Allah.
Saat Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam dan para sahabat akan berangkat berjihad di Perang Badar,
Abu Umamah radhiallahu ‘anhu bersiap sedia untuk berangkat bersama
Rasulullah. Pamannya dari pihak ibu, Abu Burdah bin Niyar radhiallahu ‘anhu
memintanya untuk tinggal di rumah menjaga ibunya. Abu Umamah merasa berat jika tak
menyertai jihad. “Mengapa bukan paman yang tinggal di sini bersama saudara
perempuan paman (ibu Abu Umamah)?” Keduanya sama-sama ingin berangkat jihad,
sementara harus ada orang yang menjaga ibu Abu Umamah di rumah.
Hal ini sampai kepada Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam. Beliau kemudian memerintahkan agar Abu Umamah yang tinggal
di rumah. Abu Umamah tak memiliki pilihan lain. Ia taat kepada arahan
Rasulullah. Sementara pamannya ikut menyertai jihad ke Badar.
Ketika Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam kembali ke Madinah dari Perang Badar, ibu Abu Umamah telah
meninggal dunia. Rasulullah kemudian mengimami solat jenazah untuk ibu dari pemuda
itu.
Keponakan dan paman
berlomba-lomba untuk berjihad di jalan Allah, dan salah satu dari keduanya
terpaksa mengalah. Bagaimanapun, keduanya tetap mendapat keutamaan. Yang satu
mendapat pahala jihad, yang satunya lagi mendapat pahala bakti kepada orang
tua.
Mereka yang berlomba di dalam
kebaikan, maka tak ada yang menang dan tak ada yang kalah. Semua tetap mendapat
kebaikan juga, walaupun dalam bentuk yang berbeda.
Sumber: Maulana Muhammad Yusuf Kandhlawi, Hayatus Sahabah
(The Lives of Sahabah).
No comments:
Post a Comment