Tuesday, March 1, 2016

Lunak dalam berbagai hal

“Inikah orang Hasyimi yang menyesatkan kaumnya?” lelaki badui itu bergumam sendiri saat memperhatikan seorang pembeli melakukan tawar menawar dengan seorang pedagang, di sebuah tempat di Madinah. Pembeli itu meminta harga yang bagus untuk dirinya.

Tetapi kemudian datang seorang pria yang lain. “Dia seorang yang sangat tampan wajahnya,” lelaki badui itu menggambarkan apa yang dilihatnya, “dengan dahi yang lebar, hidung yang ramping, alis mata yang indah ….” Dan ia mengucapkan salam saat mendekat, yang dijawab dengan salam pula oleh yang lainnya.

Pembeli itu sekarang meminta pada orang yang baru datang, yang tak lain adalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, agar bicara pada si penjual supaya ia menurunkan harga jual barangnya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menolak dengan lembut. Beliau merasa tak berhak mengintervensi tawar menawar itu, sehingga ada yang nantinya merasa diperlakukan kurang adil. Tetapi beliau memberi nasihat kepada semua pihak, “Allah menghujani rahmatnya kepada seorang yang lunak (meringankan) dalam menjual, lunak dalam membeli, lunak dalam mengambil, lunak dalam memberi, lunak dalam membayar hutangnya, dan lunak saat meminta pembayaran.” Artinya, seorang yang bersikap baik, meringankan dan tidak memberatkan, menyegerakan dan tidak menahan, menyenangkan dan tidak menimbulkan kesusahan pihak lain.

Rasulullah meninggalkan tempat itu setelah menyampaikan nasihatnya. Lelaki badui itu terkesan. “Demi Allah! saya harus mencari tahu lebih banyak tentang pria ini karena kata-katanya begitu indah.” Ia pun mengejar Rasulullah, bercakap-cakap dengan beliau tentang risalah yang dibawanya, dan ia pun masuk Islam. Bukan hanya itu, ia kemudian juga menyampaikan risalah ini kepada satu masyarakat di sebuah oasis, sehingga mereka semua masuk Islam.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam merasa bahagia atas keislaman orang itu serta dakwahnya kepada orang-orang. Tetapi lelaki badui itu juga tak kalah bahagianya. “Sebelum ini, tak ada seorang pun di muka bumi yang lebih saya benci daripada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Namun, kini dia lebih saya cintai bahkan dibandingkan anak saya sendiri, orang tua saya, dan seluruh manusia.”

Manusia mana yang tak akan mencintai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, kalau saja mereka betul-betul mengenalnya.


Sumber: Maulana Muhammad Yusuf Kandhlawi, Hayatus Sahabah (The Lives of Sahabah)

No comments:

Post a Comment